Sabtu, 18 Desember 2010

Pengeboran Minyak dan Gas


11. PENGEBORAN MINYAK DAN GAS BUMI

a. Tujuan pengeboran
Pengeboran mempunyai beberapa tujuan, tujuan utamanya adalah untuk mengeksploitasi minyak dan gas bumi yang terdapat di perut bumi. Selain itu pengeboran juga digunakan untuk untuk melakukan berbagai analisis terhadap material batuan (diantaranya dengan melakukan logging) dan pengambilan sampel.

b. Fungsi lumpur pengeboran
Satu elemen yang penting pada suatu pemboran adalah fluida pemboran atau lumpur pemboran. Lumpur pemboran mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
- Memindahkan cutting dari dasar sumur
- Mengambangkan cutting dan material-material berat
- Mentransport cutting dan gas ke permukaan
- Mendinginkan dan melumasi bit dan drill string
- Menambang buoyancy pada drill string
- Mengontrol tekanan bawah permukaan

Satu keharusan pada sistem lumpur pemboran yaitu interaksi antara lumpur dan formasi yang dibor harus mempunyai efek yang minimal pada formasi. Ini sangat penting untuk mempertahankan lubang terbuka (open hole) dan menyelesaikan operasi pemboran.
Lumpur pemboran dibagi menjadi tiga jenis, yaitu water-based mud, oilbased mud dan udara.

c. Pengeboran on shore & offshore
Pengeboran minyak dan gas bumi dapat dilakukan di daratan (on shore) atau pun di lepas pantai (offshore). Pengeboran on shore dan offshore mempunyai beberapa perbedaan. Pada suatu pengeboran offshore yang dilakukan pada air laut yang dangkal, hanya memerlukan sedikit saja modifikasi dari pengeboran on shore. Namun hal ini tidak berlaku bagi pengeboran offshore, khususnya yang dilakukan pada kedalaman air laut
yang dalam. Hal ini dikarenakan dalam pengeboran offshore banyak sekali faktor yang harus dipersiapkan terlebih dahulu, seperti adanya platform dan juga teknologi yang tinggi jika pengeboran tersebut berlangsung pada laut yang dalam, dan juga factor keselamtan kru yang tinggal di platform harus diperhatikan.

d. Komponen rig pengeboran
Komponen rig pemboran dapat dikelompokkan atas hoisting system, rotating system, circulating system, power system dan blowout preventer
d.1 Hoisting system
Hoisting system adalah bagian rig yang digunakan untuk menaikkan batang pemboran (drill stem).
d.2 Rotating system
Rotating system terdiri atas rotary table dan drill stem (kelly, drill string, bit). Rotary table adalah lubang persegi pada derrick floor deengan rotary bushing yang digunakan untuk kelly bushing dan kelly. Kelly adalah persegi atau heksagonal dari pipa yang disekrupkan pada pipa pemboran dan digunakan untuk membawa pergerakan memutar kepada drill string dan bit. Drill string adalah kombinasi dari pipa pemboran, collar, dan komponen bottom hole assembly (BHA) yang lain. Bagian akhir dari drill collar adalah mata bor atau bit. Bit melakukan bagian menggerus dan memotong batuan. Bentuk dari bit akan disesuaikan dengan tipe batuan dan kondisi pemboran. Tipe bit yang umum adalah drag, tri-cone, PDC dan intan (diamond).
d.3 Circulating system
Sirkulasi dari lumpur pemboran mempunyai beberapa fungsi pada rig yaitu mendinginkan bit, membuat kestabilan lubang, dan membantu dalam evaluasi formasi. Lumpur pemboran ini disirkulasikan oleh pompa lumpur (mud pumps) dimana volume lumpur yang dipompa diukur dengan stroke counter, dan rata-rata pergerakannya dicatat oleh stand pipe pressure


d.4 Power system
Power disediakan di rig oleh mesin diesel, mesin elektrik diesel atau pada beberapa kejadian adalah mesin butana. Tenaga ditransfer dari mesin kepada beberapa sistem rig yang berbeda oleh sabuk, rantai dan tangkai penggerak (drive shafts) pada rig mekanik, atau dengan membangkitkan tenaga listrik DC pada rig elektrik. Tenaga didistribuasikan ke rotary table dan pompa lumpur ketika pemboran .
d.5 Blow-out preventer system
Blowout preventer (BOP) adalah komponen utama dari suatu sistem control rig, dan alat ini adalah pilihan terakhir pada suatu kasus blowout. BOP ini diletakkan pada muka sumur dan tidak dipindahkan sampai saat sumur diselesaikan (well completed) dan alat produksi telah dipasang. BOP biasanya mempunyai 4 bagian, yaitu annular, pipe rams, blind atau shear rams dan crossover spools.
e. Jenis/ tipe rig pada pengeboran on shore/ offshore
Pemboran dilaksanakan dengan menggunakan seperangkat alat pemboran yang disebut drilling rig. Secara umum, rig dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu land rig (onshore rig) dan off shore rig. Hampir semua land rig mempunyai bentuk dan susunan yang sama, sedangkan untuk offshore rig terdapat 5 jenis yang masing-masing didesain khusus didesain untuk lingkungan perairan yang berbeda. Berbagai tipe daripada rig offshore adalah barges, submersibles, platforms, jackups, dan floaters.
e.1 Barge
Barge rig didesain untuk bekerja pada air yang dangkal (kurang dari 20 ft) seperti rawa atau danau. Rig mengambang di atas lokasi pemboran sementara bagian bawahnya (lower hull) menancap pada dasar laut. Bagian bawah (lower hull) dengan permukaan yang luas ini dapat mempertahankan rig dari amblas ke bagian lumpur yang lunak dan memberikan suatu platform pemboran yang stabil. Semua peralatan pemboran ditempatkan pada perahu yang dapat berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain. Untuk keseimbangan pada saat pemboran, barge ini dilengkapi dengan jangkar.


e.2 Submersible
Submersible rig adalah suatu tongkang (barge) yang didesain untuk bekerja pada air yang lebih dalam (sampai 50 ft). Alat ini mempunyai perpanjangan (extension) yang akan dapat menaikkan bagian atasnya (upper hull) di atas ketinggian air (water level).
e.3 Platform
Platform menggunakan suatu jaket (suatu jaringan kerangka besi yang tabular yang ditancapkan pada dasar samudera) untuk mendukung peralatan produksi pada permukaan, tempat tinggal dan rig pemboran. Berbagai directional well dibor dari platform ini menggunakan rig dengan struktur yang dapat dipindah-pindahkan. Setelah semua sumur selesai dibor, maka bagian rig pemboran dipindah dari platform. Platform yang lebih kecil menggnakan rig jackup untuk mengebor sumur.
e.4 Jackup
Jackup adalah sama deengan platform kecuali kaki-kaki penyangganya tidak secara permanen ditancapkan ke dasar laut. Berat dari rig mencukupi untuk alat ini tetap pada lokasinya. Kaki-kakinya dapat diturunkan ketika membor dan dapat dinaikkan untuk pindah ke lokasi baru.
e.5 Floater
Rig pemboran yang tidak menancap pada dasar laut dinamakan floater. Rig ini dapat membor deengan kedalaman yang lebih daripada jackup atau platform. Beberapa cirri yang lain yaitu:
- Alat ini dapat menetap di posisinya menggunakan jangkar atau melakukan posisi yang dinamis (dynamic positioning)
- Drill string dan raiser dilindungi dari pergerakan arus oleh motion compensator
- Muka sumur dan BOP diletakkan pada dasar laut dan dihubungkan ke rig dengan menggunakan riser untuk melakukan sirkulasi lumpur pemboran. Terdapat dua kategori dari floater, yaitu semisubmersible dan drill ship.
f. Operasi pengeboran
Sebelum dilakukan operasi pengeboran maka diperlukan adanya suatu rencana yang matang untuk suatu kesuksesan operasi pengeboran. Perencanaan suatu sumur adalah proses kerjasama antara staff teknik dan geosains meliputi akses beberapa database dan komunikasi yang jelas. Beberapa yang harus dievaluasi antara lain:
1. Apakah target yang akan dievaluasi?
2. Bagaimana sumur dapat dibor sampai mencapai target?
3. Bagaimana target dapat dievaluasi?
Setelah beberapa pertanyaan di atas jelas, maka proses pengeboran dapat diteruskan. Pengeboran dilakukan dilakukan dan selama proses pengeboran harus dilakukan dan diawasi secara seksama oleh wellsite geologist, mud logger ataupun tenaga ahli lainnya. Sesuai dengan tugas masing-masing, mereka harus mengawasi pelaksanaan pengeboran agar tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai. Sebagai contoh, well site geologist harus dapat melakukan justifikasi geologi tentang proses pengeboran yang berlangsung. Seperti misalnya menentukan pay zone yang telah diantisipasi sebelumnya. Mud logger bertugas memonitor dan mencatat data yang berkaitan dengan lubang bor dan proses pengeboran. Tugas mud logger meliputi analisis gas dan cutting untuk menciptakan suatu evaluasi formasi yang kontinyu sementara sumur dibor. Selama proses pengeboran juga dimungkinkan melakukan proses logging dengan menggunakan alat LWD (logging while drilling). Dengan menggunakan alat ini, maka pelaksanaan logging dapat dilakukan bersamaan deengan saat pengeboran sehingga formasi yang dievaluasi masih dalam keadaan belum terganggu dan masih fresh. Terkadang ahli paleontologi juga ambil bagian dalam proses pengeboran ini. Ahli paleontologi ini mengambil sampel-sampel batuan dan fosil yang terdapat di dalam lumpur pemboran untuk dianalisa. Terkadang analisa dari ahli ini sangat penting dalam menentukan proses pemnegboran selanjutnya.
g. Casing & cementing
Casing dan cementing dilakukan terutama ketika proses produksi ataupun untuk menghindari runtuhnya dinding lubang bor. Casing dilakukan deengan cara memasukkan pipa-pipa ke dalam lubang bor. Pipa-pipa ini biasanya terbuat dari logam dan semakin ke bawah pada selang tertentu maka diameternya akan semakin kecil. Pada saat fase produksi, maka padapay zone, casing akan mempunyai lubang dimana hidrokarbon akan dapat mengalir ke dalam lubang bor.
h. Vertical & directional drilling
Lintasan (trajectory) dari pemboran dikontrol oleh jenis dari bottom hole assembly (BHA) dan berat bit. Bottom hole assembly (BHA) adalah bagian dari drill string yang paling dekat dengan bit pemboran. Vertical drilling atau pemboran vertikal disebut juga pemboran lurus. Walau bagaimanapun, beberapa deviasi minor dari arah vertikal sering
terjadi secara alamiah. Ini berhubungan dengan faoktor-faktor yang ada dalam formasi seperti sudut kemiringan, kekerasan dan factor lain seperti BHA, desain bit dan berat pada bit.
Directional drilling atau pemboran terarah merujuk pada metode yang dipakai untuk mencapai target bawah permukaan yang telah ditentukan. Satu aplikasi dari directional drilling adalah pengembangan lapangan offshore. Biaya pengembangan akan berkurang dengan penggunaan banyak sumur directional drilling dari satu atau lebih platform. Aplikasi yang lain untuk directional drilling termasuk:
- Membangun suatu lokasi pada permukaan di luar dari lokasi dasar pemboran (bottom hole) untuk menghindari batasan-batasan topografi atau budaya
- Melakukan sidetracking di sekitar ‘fish’ atau lubang terbuka yang hilang (lost open hole)
- Melakukan sidetracking diluar dari casing untuk recompletion atau pada casing yang roboh (collapse casing)
- Membor suatu relief untuk menghentikan blowout
- Meningkatkan kontak dengan reservoar dan lubang bor (misal: horizontal drilling atau pemboran horizontal)
i. Problem dalam pengeboran Problem dalam pengeboran termasuk adanya kesulitan yang dihadapi ketika membor suatu sumur. Problem yang paling umum adalah terciptanya doglegs dan key seats, ketidakstabilan lubang, lost circulation, dan bottom
hole temperature yang berlebihan. Doglegs biasanya didefinisikan sebagai suatu deviasi yang lebih besar dari 3° per 100ft, dan ini terjadi ketika perubahan arah yang tajam yang
dilakukan dalam sumuur pemboran. Tipikalnya, dogleg diakibatkan oleh adanya perubahan kemiringan (dip) dari formasi atau oleh adanya perubahan berat yang diterapkan kepada bit. Beberapa doglegs dapat berakibat pada casing yang macet, kegagalan pipa pemboran, dan ketidakmampuan untuk melakukan casing pada total kedalaman (total depth). Jika casing sukses dapat dilakukan melalui dogleg, maka pemasangan yang berlebihan (excessive wear) pada peralatan produksi dapat terjadi. Penggunaan stabilizer secara semestinya, drill collar dengan diameter yang besar, dan
berat yang tepat yang diaplikasikan pada bit akan meminimalkan pembentukan dogleg.
Key seats umumnya terbentuk sebagai akibat dari doglegs. Key seat terbentuk ketika suatu saluran terpotong pada bagian samping dari lubang, paralel dengan axis dari lubang. Key seat dapat dicegah dengan tidak menciptakan do legs.
Ketidakstabilan lubang akan terjadi ketika menjumpai aliran formasi (formations flow), formasi yang terkelupas (slough) atau formasi yang dapat mengembang (swell). Suatu formasi yang paling tidak stabil adalah shale dan lapisan salt. Ketidakstabilan akan berakibat pada beberapa fenomena:
1. Tekanan overburden
2. Gaya pergerakan bumi
3. Tekanan pori
4. Penyerapan air, pengembangan (swelling) atau dispersi
Ketidakstabilan terjadi ketika tekanan overburden melebihi kekuatan dari formasi yang dibor, menghasilkan aliran formasi (plastic flow). Tekanan pori abnormal yang tinggi dapat mengakibatkan blowout pada formasi dengan permeabilitas yang tinggi. Jika perbedaan tekanan antara dinding lubang dan fluida dalam lubang adalah besar, formasi
dapat terkelupas (slough off). Tekanan struktural juga dapat mengakibatkan ketidakstabilan lubang. Problem yang berhubungan dengan ketidakstabilan lubang termasuk ketidaefektifan pembersihan lubang, pipa yang macet, pembesaran lubang bor, meningkatnya volume lumpur, meningkatnya biaya, pekerjaan sementasi yang jelek, dan kesulitan dalam logging.
Ketidakstabilan lubang ini dapat dikontrol oleh penggunaan fluida pemboran yang tepat.
Lost circulation atau sirkulasi hilang adalah hilangnya sebagian atau semua dari lumpur pemboran kedalam formasi. Loss ini terjadi ketika total tekanan yang digunakan (exerted) terhadap formasi melebihi total tekanan dari formasi. Lost circulation akan terjadi pada formasi dengan karakteristik:
1. Berlubang (cavernous) dan belahan (fissured) terbuka
2. Sangat kasar, permeable dan sempit seperti gravel lepas-lepas
3. Retakan alami
4. Gampang pecah
5. Dalam keadaan tertekan atau depleted
Lost circulation ini akan berakibat pada meningkatnya biaya lumpur dan mungkin dapat terjadi blowout di permukaan. Fluida pemboran yang tepat dan meterial lost circulation dapat meminimalkan lost circulation.
Bottom hole temperatures yang sangat tinggi dapat terjadi pada pemboran yang dalam atau daerah dengan gradien geotermal yang tinggi abnormal. Bottom hole temperature yang berlebihan (lebih besar dari 250° C) dapat mengakibatkan terjadinya problem pemboran dikarenakan percepatan penebalan fluida pemboran water-base drilling fluid. Kenaikan dalam kekentalan atau viskositas dan densitas dari pemboran dapat mengakibatkan:
1. Berkurangya kecepatan penetrasi
2. Lost circulation atau sirkulasi hilang
3. Sumur akan terseka (swabbed) ketika pipa pemboran ditarik
4. Alat yang macet
Problem ini dapat diatasi dengan penggunaan lumpur oil-base mud.

Tahapan Explorasi dan Interpretasi Seismik


10. TAHAPAN EKSPLORASI DAN INTERPRETASI SEISMIK

a. Tahap-tahap eksplorasi hidrokarbon
Eksplorasi hidrokarbon dilakukan melalui berbagai tahapan, yaitu:
- Setelah berhasil memenangkan tender atas area atau blok area dari pemerintah  setempat, maka selama masa perjanjian berlaku perusahaan yang memenangkan tender wajib untuk melakukan eksplorasi seperti yang tercantum dalam perjanjian. Hal yang pertama yang dilakukan adalah dengan mendapatkan data-data dari kegiatan eksplorasi terdahulu (jika ada), berupa data-data sumur, peta atau seismik lama atau pun studi pustaka. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan suatu gambaran yang lebih jelas tentang daerah tersebut, jika memungkinkan dapat menggambarkan tentang suatu petroleum system pada daerah tersebut. Bahkan biasanya kegiatan ini dilakukan sebelum perusahaan berhasil memenangkan tender.

- Kemudian dapat dilakukan berbagai kemungkinan dimana kemungkinan hidrokarbon terdapat pada daerah tersebut. Sebagai pendahuluan dapat dilakukan survey seismik, terutama sekali 3D seismik pada daerah yang diduga mengandung suatu struktur yang berpotensi mengandung hidrokarbon.

- Kemudian, dari berbagai sumur yang diajukan (proposed wells), maka dibuat    peringkat berdasarkan tingkat resikonya. Kandidat sumur dengan resiko yang paling rendah akan dibor terlebih dahulu. Jumlah sumur yang dibor biasanya minimal sesuai dengan perjanjian dengan pemerintah. Sebagai contoh, jika perusahaan pemenang tender telah mengajukan akan mengebor 3 sumur, maka minimal perusahaan tersebut harus membor 3 sumur. Sumur tersebut harus dibor sebelum masa konsesi perusahaan terhadap blok tersebut habis masa berlakunya. Dari sumur tersebut dapat dilakukan berbagai evaluasi dan pengambilan data, seperti logging dan coring.

- Jika sumur tersebut ternyata menghasilkan hidrokarbon, maka dapat dievaluasi untuk
dapat dilanjutkan dengan proses produksi. Sedangkan jika sumur yang dibor tidak mengandung hidrokarbon, maka jika perusahaan terbut tidak memperpanjang kontrak, maka blok tersebut akan dikembalikan kepada pemerintah


b. Analisis seismik:
Metode seismik merupakan cabang geofisika yang dapat digunakan untuk memperoleh informasi tentang sifat fisik batuan yang membentuk kulit bumi sampai pada analisa struktur dan keadaan stratigrafi bawah permukaan.

- Dasar teori
Suatu sumber getar (source) akan menghasilkan gelombang seismik yang bila mengenai permukaan akan dipantulkan atau dibiaskan atau sebagian dipantulkan dan sebagian dibiaskan. Suatu alat penerima (receiver) akan merekam waktu yang dibutuhkan gelombang tersebut untuk merambat dari sumber getar ke penerima.Berdasarkan travel time tersebut dapat ditentukan kecepatan gelombang ketika melewati lapisan batuan.
Kecepatan ini tergantung pada litologi, umur, kedalaman, densitas, porositas, kandungan fluida, dan lain-lain. Berdasarkan macam gelombangnya, metode seismik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu metode refraksi (bias) dan metode refleksi (pantul). Pada mulanya metode refraksi telah digunakan secara luas untuk penelitian hidrokarbon seperti untuk menemukan lokasi kubah garam dan struktur dangkal lainnya yang berasosiasi dengan reservoar.
Namun aplikasi terpenting metode refraksi ini mungkin adalah untuk kepentingan geoteknik, misalnya pembangunan waduk, terowongan, dan gedung. Struktur-struktur dangkal di lokasi konstruksi dapat diketahui dengan metode ini. Sedangkan penelitian pada kedalaman yang lebih besar dilakukan dengan menggunakan metode refleksi. Beberapa kelebihannya, energi yang dibutuhkan lebih kecil, jumlah geophone (alat penerima) lebih sedikit, dan dapat mendeteksi low-velocity layers yang menjadi blind zone dengan metode refraksi. Gelombang seismik akan dipantulkan bila mengenai kontras acoustic impedance, yang merupakan produk dari densitas dan kecepatan gelombang seismik.
Hasil dari survey seismik refleksi ini disebut penampang seismik yang secara horizontal menunjukkan jarak dan secara vertikal menunjukkan waktu tempuh gelombang. Penampang seismik ini dapat diubah menjadi penampang geologi dengan menentukan kecepatan gelombang dan ketebalan lapisan berdasarkan travel time yang terekam pada penampang seismik tersebut.

- Data processing
Data seismik yang baru saja didapat dan direkam ke dalam tape, baik yang diambil dari daratan ataupun laut, belum ideal untuk diinterpretasi. Untuk menciptakan suatu gambar yang akurat tentang keadaan bawah permukaan, maka berbagai gangguan dalam seismik harus dihilangkan atau diminimalkan. Sesuatu yang dilakukan pada data untuk mencapai tujuan itu disebut juga seismic data processing. Melalui proses ini, suatu volume data yang besar yang diambil di lapangan akan dibuat lebih sederhana untuk dapat ditampilkan pada kertas atau layar workstation.
Beberapa tahapan dalam seismic data processing adalah:
1. Membangun database (database building)
2. Editing dan koreksi
3. Peningkatan sinyal terhadap noise
4. Peningkatan resolusi dalam satuan waktu
5. Peningkatan resolusi dalam satuan ruang
6. Estetika (aesthetic)

- Interpretasi seismik
Tujuan terpenting dalam interpretasi seismik adalah mengolah informasi geologi sebanyak mungkin, terutama dalam bentuk struktur-struktur geologi. Penampang seismik yang dihasilkan merupakan penampang waktu (time section). Penampang ini dapat dikonversi ke kedalaman (depth section). Namun konversi ini terkadang tidak tepat karena tidak akuratnya perhitungan yang dilakukan. Karena itu para interpreter umumnya bekerja dengan time section. Bila informasi tentang kedalaman dibutuhkan untuk beberapa bagian yang khusus, perhitungan tambahan dapat dilakukan. Beberapa penampang seismik menghasilkan citra yang dapat dengan mudah diinterpretasi.
Patahan ditunjukkan oleh refleksi yang diskontinyu. Bidang patahan umumnya miring, yang akan terlihat jelas pada penampang seismik yang searah dengan arah kemiringan patahan tersebut. Untuk patahan dengan kemiringan kurang dari 40°, agak sulit dideteksi dalam penampang seismik. Patahan mendatar (strike slip fault) yang menyebabkan perpindahan sepanjang patahan juga sulit untuk dideteksi. Hal ini baru akan terlihat jika ada penyimpangan bentuk struktur utama. Untuk menginterpretasi keadaan stratigrafi dari penampang seismik dibutuhkan pengetahuan tentang seismik eksplorasi, sedimentologi, perubahan relatif muka air laut dan geomorfologi.

- Kelemahan (pitfalls) dalam interpretasi seismik
Terdapat berbagai kelemahan dan ketidakpastian dalam interpretasi seismik, terutama dalam interpretasi stratigrafi yaitu:
1. Seismik mempunyai resolusi yang kasar, dan suatu strata dalam suatu section yang tipis tidak mungkin untuk dapat dilihat
2. Tidak setiap fenomena (misalnya suatu system tract) dapat dilihat pada satu line
seismik. Hal ini tergantung pada lintasan seismik yang diambil.
3. Adalah suatu kesalahan jika menganggap bahwa semua permukaan seismik yang
diidentifikasi oleh terminasi suatu refleksi adalah sequence boundary
4. Satu kunci untuk sukses dalam seismik stratigrafi yaitu dengan memperhatikan pentingnya coastal onlap dan mengenalnya pada data seismik.
5. Kesusahan dalam membedakan pengikisan fluvial dengan marine canyon. Pengikisan fluvial merupakan indikasi sequence boundary, sementara marine
canyon tidak.
6. Dalam suatu suksesi clinoform dengan suatu bottom set yang intensif, sangat mudah untuk salah dalam identifikasi permukaan downlap. Banyak dari clinoform akan terhenti terhadap bottomset yang lebih tua, dan permukaan downlap yang asli adalah pada terminasi bottomset.

- Seismik stratigrafi (seismic stratigraphy)
Seismik stratigrafi merupakan aplikasi dari data seismik untuk studi sikuen sedimentasi secara regional dan global. Teori ini berkembang berdasarkan penyelidikan yang dilakukan oleh Exxon yang disarikan oleh Payton (1977). Publikasi ini menjelaskan secara fundamental tentang analisis stratigrafi dalam skala besar. Skala dan resolusi daripada data seismik sangat berbeda dengan singkapan atau penampang melintang well log. Terutama sekali pada kedalaman dimana kecepatan suara sangat besar, data seismik tidak mampunyai resolusi yang mencukupi untuk suatu ketebalan stratigrafi kurang dari 50 – 100 m. Perbedaan dalam skala resolusi dapat ditunjukkan dedngan suatu contoh menggunakan gamma ray, synthetic dari sumur tersebut, dan line seismik. Sebagai contoh, pada suatu pekerjaan detail dengan menggunakan sayatan melintang log sumur didapat beberapa ketidakselarasan, yang hanya merupakan satu sikuen seismik. Pola yang dilihat dari line seismik berguna dalam analisis stratigrafi dan perubahan muka laut.
Refleksi seismik dalam banyak kasus akan menimbulkan adanya perbedaan atau kontras litologi tajam yang terjadi antar unit stratigrafi. Gradasi litologi secara lateral tak dapat tergambarkan. Suatu kontras stratigrafi biasanya terjadi ketika marine mudstone melapisi overlying batupasir sebagai akibat adanya marine flooding; refleksi seismik secara kasar akan mengikuti permukaan tersebut.
Pada banyak line seismik, refleksi merupakan suatu efek interferensi yang dihasilkan dari batas-batas strata. Refleksi ini mengikuti batas strata, tetapi terpotong secara lateral melalui batas fasies dan litologi. Hal ini dapat ditunjukkan dengan mengikuti deposit pada shoreline yang dangkal sampai deposit laut dalam. Sebagai contoh, suatu refleksi mungkin mengikuti bagian atas (top) dari batupasir shoreline. Semakin ke arah offshore, permukaan ini merepresentasikan bagian top dari suatu suksesi coarsening upward. Perubahan ke shale adalah tajam dan mengakibat kontras impedance yang mengikuti permukaan deposisi. Permukaan ini pada dasarnya adalah timeline. Tak ada refleksi yang dihasilkan antara batupasir shoreface dan siltstone offshore. Ini adalah karakteristik dari refleksi seismik yang dapat meluas sepanjang permukaan waktu dari continent sampai ke fasies laut dalam, umumnya diikuti oleh flooding surfaces. Dikarenakan kurangnya resolusi seismik, suksesi fasies secara individual pada kedalaman tak dapat tergambarkan.
 Namun demikian, refleksi adalah kumpulan dari efek interferensi dari beberapa suksesi. Oleh karena itu data seismik dapat menunjukkan paket dari suatu deposisi sedimen di dalam suatu lingkungan yang luas dalam suatu interval waktu. Bounding diskontinuity dan condensed horizon umumnya dapat diidentifikasi pada seismic section, sehingga pembagian allostratigraphic dapat dilakukan. Dikarenakan kontras litologi dengan batuan sekitarnya, benyak condensed section terlihat dengan jelas di seismik. Ini dapat diketahui oleh kehadiran set clinoform pada bagian atasnya. Ketidakselarasan dapat atau tidak tergambarkan, tergantung pada kontras acoustic impedance. Ketidakselarasan angular dapat diikuti dengan menggabungkan (joining) titik truncation bagian bawah (erosi) atau overlapping (onlap).

- Well seismic tie
Data seismik akan meliputi suatu database yang besar yang berhubungan dengan pengembangan lapangan. Bagaimanapun seismik mempunyai keterbatasan, dimana refleksi yang digunakan memetakan sikuen seismik dan fasies seismik yang akan menjelaskan distribusi dari reservoar dan unit batuan penutup diukur dalam traveltime, dan bukan dalam kedalaman (depth). Untuk mengetahui performance daripada reservoar, batas-batas dari unit perlu di dipetakan dalam kedalaman (depth). Konsep daripada velocity checkshot dibuat untuk suatu kalibrasi waktu (time) ke kedalaman (depth) berfungsi pada sumur kontrol sehingga image dari seismik dapat dikonversikan ke kedalaman yang dibutuhkan dalam perhitungan volumetrik reservoar.

􀂃 Check shot
Tujuan dari suatu survey kecepatan (velocity survey) adalah untuk memproduksi seismic wavelet pada permukaan yang dekat dengan sumur dan mengukur waktu yang dibutuhkan oleh wavelet untuk berjalan pada satu kedalaman dimana penerima seismik (receiver) diposisikan di dalam sumur. Receiver ini dipasang berurutan pada level kedalaman yang berbeda sehingga vertical traveltime untuk setiap level dapat dihitung. Tiap pengukuran traveltime dari source ke receiver disebut checkshot, dan semua kompilasi dari pengukuran traveltime kepada suatu kalibrasi time-depth disebut juga checkshot survey.

􀂃 Synthetic seismogram
Semakin banyak kontrol yang dikuasai seorang geologist dalam pemetaan bawah permukaan, maka akurasi dari peta akan semakin tinggi. Kontrol dapat ditingkatkan dengan korelasi antara data seismik dengan data sumur bor. Synthetic seismogram adalah alat utama untuk melakukan korelasi tersebut. Data kecepatan dari log sonik (dan juga log densitas) digunakan untuk membuat suatu synthetic seismic trace. Trace ini diperkirakan berlokasi sama dengan trace yang berada pada line seismik yang melewati lubang sumur dimana log tersebut diambil. Syntetic akan mengkorelasi data seismik dengan data log dimana synthetic ini dibuat.

􀂃 VSP (vertical seismic profiling)
Untuk menyambung antara data seismik (yang dicatat dalam fungsi traveltime) dan sumur yang menggunakan kedalaman maka digunakan checkshot atau VSP sebagai alat kalibrasi. VSP dicatat esensinya sama dengan survey checkshot. Perbedaan antara VSP dan chekshot adalah data VSP dicatat dengan jarak sampling yang lebih kecil daripada checkshot.